Rabu, 08 Mei 2013

Sejatinya Kita Kaya, Bukan miskin

Ada satu kisah menarik yang akan saya uraikan pada tulisan saya ini, yaitu kisah ketika antoni robbin seorang motivator no 1 dunia sewaktu melemparkan pertanyaan ke seluruh audiens nya, siapa yang ingin punya penghasilan 1 miliar perbulan ? maka serentak seluruuuuh audiens mengacungkan jari tangannya, akan tetapi setelah seluruh audiens mengancungkan jari tangannya antoni robbin melanjutkan pertanyaanya sengan sebuah pernyataan, “tapi dengan cuci darah seminggu sekali,,,” kawan kawan tau apa yang terjadi setelah antoni robbin mengatakan seperti itu ??? iya,, benar,, serentak pula seluruh audiens menurunkan tangannya, bahkan sampai tak ada lagi yang terlihat dari seorang audien yang masih mengancungkan jarinya.
Mungkin ketika saya gambarkan penyakit apa yang harus diderita saat dikatakan “tapi dengan cuci darah seminggu sekali” saya yakin penyakit itu tergambar dalam fikiran teman-teman, tetapi apa yang terjadi ? audiens justru lebih mementingkan kesehatannya bila dibandingkan dengan banyaknya harta yang akan ia miliki ketika memiliki penghasilan 1 miliar perbulan.
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah,, kita sejatinya adalah orang yang KAYA, bukan MISKIN !! kalopun ada orang yang mengatakan saya MISKIN, hanya orang yang kurang cerdas saja yang mengatakan demikian. Pada dasarnya MISKIN dan KAYA itu hanyalah sesuah persepsi kita pada seseorang, kita bisa menilai berdasarkan pada apa yang tampak dan pada apa yang tak tampak, saya berikan contoh lagi, saya pernah ditanya oleh seorang teman, mas kasihan ya ? orang itu miskin banget,, tapi kemudian saya jawab “ justru lebih kaya dia daripada kamu ? kemudian dia menjawab, lho kenapa ? mas  Tanya kamu, apa kamu lihat dia mengeluh ? atau mungkin dia pernah mengeluhkan keadaannya kepadamu ? kalau tidak pernah, itu tandanya kehidupan mereka cukup bahkan lebih,, jika mereka merasa kurang maka sudah pasti dia mengeluh.”  Benar kan saya jawab seperti itu ya ? kemudian teman-teman tau apa jawaban dari teman saya ? ia jawab, jadi kuncinya itu di mengeluh itu ya mas ? kalo dia tidak mengeluh berarti cukup atau kaya, kalo mengeluh berarti kurang atau bahkan miskin, trus kalo ada orang yang kaya yang mengeluh, gimana mas ?? jawabannya saya yakin temen-temen mengetahuinya.
Saudaraku ,,, “ seorang ustadz pernah memberikan sebuah ilustrasi dari sebuah hadits “ bahwa seluruh keindahan dan isi dunia tak lebih dari patahan sayap nyamuk “. Lho kenapa bisa begitu? Atau mungkin, mengapa kok demikian ? jadi begini, mungkin teman-teman pernah mendengar peristiwa isra’ dan dimi’rajkannya Nabi Muhammad saw. Jadi tatkala Nabi di Mi’rajkan kelangit ketujuh, pada keberangkatan meninggalkan masjidil aqsa, nabi selalu menoleh kearah bumi kita, Bumi yang awalnya besar semakin jauh dilihat semakin kecil, hingga besarnya tak ubahnya seperti patahan sayap nyamuk.  Maka dari itu saudaraku, saya menyeru kepada kalian untuk ayo kita harus menganggap bumi ini kecil, dengan cara kita pandang ia dari jauh melalui mata hati kita, jangan pernah bersedih karena kehilangan keindahan dunia, ataupun karna tidak mendapatkan keindahan dunia, tapi bersedihlah jikalau sampai hari ini kita masih sering mengeluh yang membuat Allah menjadi jauh dari diri kita sehingga menyebabkan kasih sayang Allah kepada kita melebihi langit dan bumi terasa jauh dan tak akan pernah kita dapatkan. Wallahu a’lam bisshawab. .

Selasa, 07 Mei 2013

Kita Terlahir Miskin, Kenapa Bersedih, , , ,, ???



Mengawali tulisan ini, kan ku tuliskan sebuah hadits dari rasulullah saw, bahwa “Allah tidak akan mengambil nyawa seseorang, sampai Allah sempurnakan rizkinya”. Jika kita berbicara masalah rizki, 2 buah kata yang ingin saya sampaikan “Jangan Khawatir”. Rizki,, itu sudah menjadi hak  mutlak pemberian Allah kepada para hamba-hambanya, baik kepada hambanya yang beriman kepadanya maupun hambaNya yang ingkar  terhadap Allah. Mengenai rizki, baik diusahakan maupun tanpa usaha, sebenarnya rizki yang sebenarnya untuk kita , maka sejatinya tidak akan pernah tertukar dan akan tetap menjadi milik kita.

Akan tetapi yang ingin saya tekankan disini adalah bahwa kita harus menyadari  dan juga memahami bahwa takaran rizki masing masing orang yang Allah berikan itu sejatinya adalah berbeda, dengan kata lain takaran rizki masing masing orang tidaklah sama dan pasti berbeda. Berapa persen bedanya atau mungkin berapa juta bedanya,,?? Allahu a’lam,, insyaAllah hanya Allah yang tahu.

Pada beberapa kehidupan dalam satu generasi terkadang ada orang orang yang Allah berikan kelebihan dalam hal rizki, akan tetapi ada juga orang-orang yang Allah berikan kekurangan dalam hal rizki. Mungkin ketika saya bahas masalah ini, maka di fikiran teman-teman akan muncul pertanyaan, “berarti Allah itu tidak adil,,?? Karena beberap orang diberikan kelebihan akan tetapi beberap orang pula diberikan kekurangan dalam hal rizki. zaman sekarang mana ada orang yang mau miskin, bener apa betul ?

Jadi begini, saya akan mencoba menjelasakan sedikit saja,,, pada dasarnya orang miskin dan orang kaya sama sama masuk surga ? bener kan ? kecuali yang kafir lho yaa,,, jika orientasi yang kita pakai adalah akhirat. Akan tetapi ada satu hal yang menjadi kelebihan orang miskin dan tidak akan pernah didapatkan oleh orang kaya adalah, bahwa orang miskin yang mau bersabar jauh lebih cepat masuk surga bila dibandingkan dengan orang kaya yang bersyukur, mengapa demikian ?? karna tidak ada yang perlu dihisab lagi dari orang miskin, sedangkan perhitungan orang kaya masalah hartanya sangatlah lama… meskipun kita tahu bahwa miskin yang bersabar dan kaya yang bersyukur sama-sama masuk surge. Akan tetapi tetap orang miskin lebih dahulu masuk surga. Jadi kuninya disni adalah jika memang kita terlahir dalam keadaan miskin maka bersabarlah…

Saudaraku… akhir dari tulisan ini ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan bahwa, “Allah tidak akan menanyakan kepada kamu, mengapa kamu miskin dan kenapa pula kamu menjadi kaya? Tetapi yang akan Allah tanyakankepadamu  adalah, hartamu engkau dapatkan darimana dan engkau keluarkan untuk apa ?. Allah tidak akan menghukumi kamu karna kemiskinanmu, tetapi yang akan Allah tanyakan kepadamu adalah, bagaimana kamu menyikapi keadaanmu saat Allah berikan kekurangan harta untukmu ? tetaplah bersyukur dan teruslah bersabar, bukankah Allah selalu bersama-sama orang yang sabar, , , ,



Kamis, 28 Februari 2013

Dalam Tarbiyah aku Belajar

Embun itu, ketika engkau melihatnya, akan terlihat bening, ketika engkau merasakannya, akan terasa sejuk dan segar. Embun di pagi itu, selalu dan terus menyejukkan dedaunan dan rerumputan di pagi hari, dan membawa suasana segar, bagi siapa pun yang merasakannya. Embun itu, pada akhirnya akan selalu memberikan kesegaran bagi yang percaya akan manfaat embun.
Begitulah tarbiyah ini ada, ibarat embun, tarbiyah akan menyegarkan kembali hati-hati kita yang mulai kering, akan menyegarkan kembali jiwa-jiwa kita yang mulai melapuk, kering karena iman kita yang compang-camping, melapuk karena jiwa ini terlampau banyak dosa. Bagi yang yakin akan kekuatan dari tarbiyah, maka tarbiyah ibarat embun pagi yang akan menyegarkan dedaunan, sehingga dedaunan terlihat segar, siap menantang teriknya matahari,  siap untuk menatap dunia. Begitulah tarbiyah ini, dia akan selalu memberikan kesegaran kepada hati-hati yang kering, kepada jiwa-jiwa yang lapuk, sehingga hati kembali segar, seperti dedaunan pagi hari, sehingga jiwa kembali kokoh, setegar pepohonan pagi.
Embun pagi, ia mengajari kita, tentang harmoni, karena ia meneteskan kesegaran itu kesemuanya, bukan hanya daun, bukan hanya rumput, tetapi semuanya. Dedaunan, rerumputan, pepohonan pagi, serangga-serangga kecil, semuanya merasakan kesejukan embun pagi. Semuanya merasakan kesegarannya, semua merasakan kelembutan sentuhan tetesannya. Semua menikmatinya. Embun pagi. Tarbiyah. Seharusnya juga demikian. Tarbiyah mengajarkan, bukan hanya dia, bukan hanya mereka, bukan hanya ini, bukan hanya itu, tetapi semuanya. Tetapi menyeluruh. Karena tarbiyah ada untuk menjadi kebermanfaatan bagi semua, bukan hanya untuk saya, bukan hanya untuk dia, bukan hanya untuk mereka, bukan hanya untuk golongan A, bukan hanya untuk golongan C. Semuanya. Ya. Semuanya. Karena tarbiyah ada adalah untuk rahmat bagi seluruh alam.
Dan kalaupun tarbiyah hari ini sedang menuju kearah yang lebih luas, menegara, atau kalau bahasanya Ust. Gunawan adalah menyongsong mihwar dauli, maka sekali lagi ketika kita pun harus bersikap menegara dengan membangun mentalitas negarawan, dan tentu kita harus belajar kepada embun pagi itu. Tentang ketulusannya, tentang kelembutannya meneteskan air kepada dedaunan, kepada rerumputan, kepada pepohonan, kepada alam. Sehingga alam pagi itu terlihat segar. Lalu kemudian kita terhangatkan oleh munculnya mentari pagi, dan tetap merasakan kesejukan embun pagi. Karena yang terpenting ketika kita akan menyongsong tahapan baru dalam tarbiyah, dalam dakwah, adalah tentang mentalitas kita. Mentalitas kita harus seperti embun pagi. Menyejukkan alam, menyegarkan lingkungan, dan juga lembut, dan juga antusias untuk senantiasa memberikan kesejukan kepada alam.
Mentalitas negarawan, mental inilah yang harus kita bangun ketika hari ini kita memimpikan satu tahapan dakwah yang meluas, menyesuaikan dengan mihwar atau tahapan yang ada, inilah konsekuensi yang harus dilakukan. Ya, tentang kedewasaan sikap kita, tentang mumpuninya kapasitas yang kita miliki dalam ranah kontribusi, tentang kearifan kita dalam berpijak dan menentukan segala keputusan, tentang sepuluh rukun yang seharusnya kita tanamkan dalam setiap aktivitas kita.
Tsiqah. Percaya saja. Bahwa bersama kesejukan embun tarbiyah adalah solusinya. Bersama kesejukan, lalu menikmati kelembutan belaian dan sentuhan embun tarbiyah adalah bagian dari solusi, untuk menyegarkan kembali lingkungan kita, menyejukkan kembali negara ini, memberikan nuansa surgawi kepada lingkungan kita, kepada masyarakat kita, kepada alam ini.
Tsiqah saja. Karena visi embun yang begitu agung, yaitu menyegarkan dedaunan yang mulai layu, menyejukkan pagi yang habis pekat, dan memberikan harmoni bagi alam. Begitu juga visi tarbiyah ini, yang ingin menyegarkan dengan harum wewangian surgawi, menyejukkan alam dengan kesturi-kesturi nirwana. Ah, indahnya. Nikmatnya. Bersama kesejukan embun tarbiyah, engkau akan diajari, bagaimana seharusnya kita bersikap, bagaimana seharusnya kita menjadi dewasa, bagaimana seharusnya kita menjadi kebermanfaatan sepenuhnya bagi negara ini, bagi umat ini. Dan yakinlah, bersama kesejukan embun tarbiyah, engkau akan menjadi harmoni. Yakinlah. Dan tetaplah bersama sejuknya embun tarbiyah

Rabu, 27 Februari 2013

Kerinduan


Rasanya tak mudah meluapkan tiap-tiap yang kurasa. Rindu ini tampaknya menjadi tumpukan yang berdebu, telah begitu usang. Wajahnya tak mampu ku lukis walau sudah dalam-dalam ku bayangkan. Aku selalu tak mampu membentuk bayangnya. Hhhhhhhhhhhhh…
Ku menghela nafas disela hujan yang mengguyur bumi, seakan mengerti bahwa aku merasakan kesedihan hebat yang rasanya mengguncang jiwa. Padahal aku saja tak mampu menggambarkannya dalam angan, namun mengapa rindu ini seakan merobek jiwaku, menghentak tiap-tiap rasaku.
Seperti biasa langkah kaki mengajakku tuk mencari satu titik terang di penghujung sana. Aku menuju kesuksesan yang Allah sediakan pada tiap makhlukNya, tinggal jalan mana yang hendak kita lewati, jalan yang baik atau yang tidak seharusnya.
“Assalamu’alaikum hujan” sapaku pada tetesan langit, sang penyejuk penuh arif. Ia tak pernah menyalahkanku karena selalu bercerita padanya tentang apa-apa yang kurasa, apa-apa yang ku alami. Ia  kini jadi sahabat baruku, ku mencurahkan padanya. Menganggap ia sebagai sandaran ku, walau ia tak mampu menjawab tapi itu cukup untukku, melegakan sedikit sesakku. Aku memang jiwa tertutup yang tak mampu  dengan mudah utarakan sesuatu yang menggedor pintu hati tuk tertumpahkan, aku hanya mampu diam, tak bicara dan hanya mampu jalan ditempat. Ya begitulah aku.
Aku utarakan maksud hati yang mulai merindu seseorang dalam dekapan ukhuwah yang berada pada satu ikatan tarbiyah.
***
Setidaknya tegakku di waktu Dhuha-Nya mampu menenangkanku dalam rindu kemarin yang masih berbekas hingga kini, mataku saja masih terpancar sinar terekam memoriku atas apa yang ku rasa kini.
“Sungguh kutahu Ya Rabbana ku tak pantas tuk mengeluh walau hanya secuil. NikmatMu tiada mampu menyaingi dengan apa yang Kau berikan padaku. Tapi, ku hanya mampu mengadu padaMu atas angan yang kurasa tiap kali ku mengangankannya dalam ingatan, mencoba merasakan hangatnya dalam candaan bersamanya, Sungguh ya Rabb, ikhlaskanlah hati ini atas TakdirMu agar ku mampu melenggangkan langkah kembali tuk merajut mimpi dalam cintaMu, meraih ridha dalam senyum dibingkai takdir”
Kadang ada sedih di hatiku, aku tak begitu mengenalnya, aku hanya tau sedikit akan perangai dan sikapnya, apa makanan kesukaannya, apa hobinya, namun ku tau Allah pasti punya rencana kuat kenapa aku tak harus mengetahui itu, aku yakin inilah yang terbaik dari-Nya.
Hari ini hujan kembali turun.
04.00

***
kasih…
Saat jiwa ini mencoba menilik bagaimana rautmu, ku hanya mendapatkan keburaman yang makin tak jelas. Mengapa ya ? Padahal aku hanya berusaha tuk melukiskan wajahmu dalam kanvas imajinasiku.
Ku hanya ingin kau ada dalam khayal, itu saja.
Namun, nampaknya Allah tak mengizinkannya.
Aku tak sama sekali mampu
Hhhmmm…
Namun, biarlah apa yang terjadi kini berdasarkan ingin-Nya.
Karena, bukankah rencana-Nya adalah yang terbaik untuk jiwa ini?
Maka itu, ku cukupkan rindu ini teruntukmu
dengan iringan doa khusus untukmu, dari aku pengagummu…