Jumat, 26 Oktober 2012

kesempatan atau pilihan


Ketika kita bertemu orang yang tepat untuk dicintai,
Ketika kita berada di tempat pada saat yang tepat,
Itulah kesempatan

Ketika kita bertemu dengan seseorang yang membuatmu tertarik, Itu bukan pilihan
itu kesempatan.
Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan ,
Itupun adaah kesempatan .

Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut,
Bahkan dengan segala kekurangannya,
Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan.

Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walaupun apapun yang terjadi,
Itu adalah pilihan .

Bahkan ketika kita menyadari bahwa masih banyak orang lain
Yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya daripada pasanganmu Dan tetap memilih untuk mencintainya,
Itulah pilihan.

Perasaan cinta, simpatik, tertarik,
Datang bagai kesempatan pada kita.
Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan.
Pilihan yang kita lakukan.

Berbicara tentang pasangan jiwa,
Ada suatu kutipan dari film yang Mungkin sangat tepat :
"Nasib membawa kita bersama, tetapi tetap bergantung pada kita
bagaimana membuat semuanya berhasil"

Pasangan jiwa bisa benar-benar ada.
Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang
Yang diciptakan hanya untukmu.
Tetapi tetap berpulang padamu

Untuk melakukan pilihan apakah engkau ingin
Melakukan sesuatu untuk mendapatkannya, atau tidak...
Kita mungkin kebetulan bertemu pasangan jiwa kita,
Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita,
Adalah pilihan yang harus kita lakukan.

Kita ada di dunia bukan untuk mencari
seseorang yang sempurna untuk dicintai
TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna
dengan cara yang sempurna

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda :
“Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan karena agamanya niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

“Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)

Wallahu'alam bish showab

Rabu, 24 Oktober 2012

apa yang diceritakan kepada anak di belakang kita

Saudaraku..
Abdullah bin Ahmad rahimahullah pernah menceritakan perihal ayahnya (Imam Ahmad):

"Ayahku terbiasa membaca sepertujuh al Qur'an setiap hari. Ia mengkhatamkan al Qur'an setiap tujuh hari. Dan iapun mengkhatamkan al Qur'an setiap tujuh malam. Ia mengakhirkan shalat Isya', lalu ia tidur beberapa saat. Lalu bangun dan shalat malam hi
ngga menjelang subuh. Selepas shalat subuh, ia berdo'a panjang. Setiap hari ia melaksanakan shalat sunnah sebanyak 300 raka'at. Setelah usianya uzur, dan ia rasakan tubuhnya mulai melemah, maka ia kurangi separuhnya. Di mana ia shalat sunnah sebanyak 150 raka'at sehari."
(Mi'ah kisah min qashashi ash shalihin, Muh bin Hamid Abdul Wahhab).

Saudaraku..
Itulah profil orang tua yang menjadi teladan bagi anak-anaknya. Bukan hanya teladan dalam meriwayatkan hadits dan membekali diri dengan ilmu. Tapi juga teladan bagi anak-anaknya dalam ibadah dan mengukir prestasi ubudiyah di hadapan-Nya.

Dari penuturan putera Imam Ahmad ini, dapat kita petik beberapa buah pelajaran dan manfaat darinya.

• Imam Ahmad, termasuk salah seorang ulama yang mampu mewariskan keshalihan pribadi dan ilmu pengetahuan terhadap anak-anak dan generasi sesudahnya. Dan hal ini yang jarang kita temukan pada ulama di zaman ini.

• Tarbiyah (pendidikan) anak yang dilakukan orang tua dengan keteladanan, memiliki dampak yang besar dan pengaruh yang terang dan membekas di hati anak-anaknya.

• Diminta atau tidak. Kita sukai atau tidak. Sepengetahuan kita atau tidak. Di masa hidup kita atau sepeninggal kita. Pasti anak-anak kita akan menceritakan kepada orang lain tentang siapa kita di matanya. Baik dari sisi positif maupun dari sisi negatifnya.

• Imam Ahmad adalah merupakan tipe orang tua yang sangat dicintai dan dibanggakan oleh anak-anaknya. Berbeda dengan kita. Barang kali mereka lebih mengenal kita dari kepribadian tercela; pelit, malas ibadah, tak mampu meredam emosi dan yang senada dengan itu.

• Kelebihan yang dimiliki oleh Imam Ahmad, mampu mengkhatamkan al Qur'an setiap tujuh hari dan setiap tujuh malam serta mampu melakukan shalat sunnah sebanyak 150 sampai 300 raka'at dalam sehari, merupakan karamah yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang shalih dan dicintai-Nya. Yang tak mungkin dilakukan oleh kita yang jauh di bawahnya dari kwalitas iman dan ubudiyahnya.

• Karamah, bukanlah seperti yang dipahami oleh sebagian kaum muslimin, seperti kemampuan seseorang untuk melakukan shalat Jum'at di masjidil haram. Berlari di atas air. Terbang di udara. Memiliki kemampuan untuk meramal nasib seseorang dan seterusnya. Karena hal itu semua termasuk dalam katagori sihir. Karena diperoleh dengan jalan menjauhi berbagai aturan dan syari'at agama. Berbeda dengan karamah, yang tidak bisa diraih terkecuali dengan taqarrub kepada Allah swt.

• Berdekatan dengan kalamullah dan shalat malam serta do'a merupakan amalan istimewa di hadapan Allah. Yang dengannya Dia mencintai kita dan mengelompokkan kita menjadi ahlullah dan hamba-hamba khusus-Nya.

Saudaraku..
Bagaimana pendapat kita, apa yang selama ini dan akan dibicarakan anak-anak kita di belakang kita? Apakah mereka menceritakan kebaikan dan keteladanan kita dalam keluarga? Atau justru sebaliknya, menceritakan keburukan dan sisi-sisi gelap kehidupan kita dalam keluarga. Wallahu a'lam bishawab.

sudahkah kita menjadi orang yang bahagia hari ini ??

Saudaraku..
Abu Darda' ra pernah berkata:

"Allah mengaruniakan ilmu bagi orang-orang yang beruntung, dan Dia mengharamkan ilmu bagi mereka yang sengsara."

Saudaraku..
Abu Darda' ra memberi batasan yang jelas perihal orang-orang yang akan berbahagia di akherat. Demikian pula sebaliknya ia memberi ukuran yang terang mengenai orang yang akan sengsara d
i sana.

Dimudahkannya menggali ilmu pengetahuan. Dilancarkan proses belajar mengajar. Diberikan pemahaman dan daya serap yang tinggi terhadap ilmu. Mencintai orang yang berilmu dan yang meniti jalan ilmu. Dibukanya kran-kran ilmu di sela-sela kesibukannya dalam kerja dan menggeluti rutinitas sehari-hari. Senang menularkan ilmu kepada orang-orang di sekelilingnya. Tak patah arang saat gagal mendaki puncak ilmu. Lebih mencintai ilmu daripada harta benda dan yang senada dengan itu.

Jika yang demikian itu ada pada diri kita, berarti kita calon menjadi orang yang bahagia di akherat sana. Sudah barang tentu setelah mengecap kebahagiaan di sini. Di dunia ini.

Saudaraku..
Sebaliknya, merupakan tanda bahwa kita akan sengsara di alam keabadian dan kehidupan yang kekal di akherat sana, jika kita terhalangi meraih ilmu pengetahuan. Membenci orang-orang yang menghadiri majlis ilmu. Memusuhi mereka yang menularkan ilmu kepada orang lain. Gerah duduk di taman ilmu. Menghalang-halangi orang lain meraih pengetahuan agama dan seterusnya.

Saudaraku..
Mari mulai hari ini kita merenung sejenak. Mana yang lebih menguras pikiran kita, harta benda dan kenikmatan dunia yang ingin kita kecap? Ataukah ilmu pengetahuan yang kita kejar?.

Mana yang lebih dominan menyapa kita setiap hari. Ilmu pengetahuan ataukah godaan dunia?.

Ketika kita mengunjungi dunia maya. Apa yang terbersit di hati kita? Apakah kita ingin menjadikannya sebagai kunci ilmu bagi kita. Atau justru kita ingin berkeliling dunia dengannya?.

Jawabannya ada di hati kita. Apakah kita termasuk orang yang akan berbahagia di sana atau sebaliknya, kita menjadi orang yang merana yang tak ada ujungnya.

Ya Rabb, bukakanlah pintu-pintu ilmu pengetahuan untuk kami dan jangan Engkau halangi kami dari karunia-Mu. Amien. Wallahu a'lam bishawab.

warna ujian yang sering kita tak sabar

Saudaraku…
Pada suatu hari Hudzaifah bin Yaman ra pernah ditanya seseorang mengenai orang hidup tapi tak ubahnya seperti mati?.
Ia menjawab:
اَلَّذِيْ لاَ يُنْكِرُ الْمُنْكَرَ بِيَدِهِ وَلاَ بِلِسَانِهِ وَلاَ بِقَلْبِهِ
“Yaitu orang yang tak mencegah kemungkaran dengan tangannya, tidak juga dengan lisan dan hatinya.”
(Mawa’izh as shahabah, Shalih Ahmad al Syami). Saudaraku..
Jangan terpesona dengan tampilan luar. Rajin mengikuti shalat berjama’ah di masjid. Jubah yang selalu dikenakan. Peci dan sorban yang menyertai kemana ia pergi. Mushaf al Qur’an yang selalu dibawa kemana-mana. Tasbih yang tergenggam di tangan. Dan seterusnya.
Jika dalam kesehariannya, ia tak pernah memberi warna keshalihan kepada orang lain. Tak pernah berbagi kebaikan dan manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Tak pernah ada upaya untuk menghilangkan virus maksiat dan mencabut akar dosa di lingkungannya. Bahkan ia membiarkan menjalarnya wabah kebodohan dan penyimpangan akidah, akhlak dan pemahaman agama di tengah-tengah masyarakat.
Sejatinya ia telah mengalami kematian bathin. Walaupun ia hidup secara zahir. Jantung ruhaninya telah berhenti berdetak walau raganya masih tetap bergerak.
Wujuduhu ka’adamihi, keberadaannya seperti tiada. Itulah pribahasa Arab untuk membahasakan seseorang yang tidak memberikan andil dan peran postitif di masyarakatnya.
Saudaraku..
Kita tentu tidak ingin mengalami kematian ruh sebelum kematian jasad. Oleh karena itu perlu kita buktikan bahwa kita masih layak dikelompokkan sebagai orang yang hidup. Yang bisa menjauhkan mudharat dan mara bahaya bagi diri kita sendiri, keluarga dan orang-orang di sekitar kita.
Jika kita memiliki kekuatan dan kekuasaan, maka kekuatan dan kekuasaan itu kita pergunakan untuk mendatangkan maslahat, kebaikan dan kebajikan untuk masyarakat. Memblokir dan bahkan menghalangi dan menutup semua jalan yang dapat mendatangkan dosa dan maksiat.
Jika suara kita didengar oleh umat. Karena kita sebagai kyai, ustadz, penceramah dan yang senada dengan itu. Maka dengan lisan kita berjihad, bersungguh-sungguh mentransfer pemahaman yang benar ke dalam hati dan akal masyarakat. Menyingkirkan duri dosa dan maksiat yang dapat mencelakakan umat. Mengingatkan mereka dari perilaku dosa dan kecerobohan yang dapat melemparkan mereka ke dalam neraka.
Juga mendekatkan masyarakat kepada perilaku ahli surga. Yang mana kenikmatan surga itu belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan belum pernah terbersit di dalam hati manusia.
Saudaraku..
Sebagai masyarakat umum alias awam. Kita pun tak bisa tinggal diam membiarkan bakteri maksiat dan dosa menyebar dan mewabah di tengah-tengah masyarakat. Minimal kita membentengi diri kita dan keluarga kita agar tak terjangkit wabah berbahaya tersebut.
Jika masing-masing keluarga memiliki pemahaman seperti ini, insyaallah maksiat dan dosa tidak akan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dan bahkan bisa jadi ia akan menyingkir dan menjauh dari daerah kita.
Saudaraku..
Jika kita tengok alam di sekitar kita saat ini. Perjudian sulit dihentikan. Rumah remang-remang semakin diminati sebagian orang. Orang yang tidak berpuasa justru bangga dengan keteledorannya. Masjid semakin sepi dari pengunjung. Al Qur’an semakin jauh ditinggalkan oleh umat Islam. Praktek jual beli riba semakin semarak. Perzinaan semakin subur dan seterusnya.
Hal ini membuktikan bahwa tidak sedikit dari kaum muslimin dan muslimat. Dan mungkin juga kita. Yang telah bergelar al marhum. Meskipun nafas kita masih berhembus. Kita telah mengalami kematian ruh. Sebab tangan, lisan dan hati kita telah mati. Tak tergerak untuk memberikan warna bagi orang lain. Tak memiliki andil bagi perbaikan umat. Wallahu a’lam bishawab.

orang hidup seperti orang mati

Saudaraku…
Pada suatu hari Hudzaifah bin Yaman ra pernah ditanya seseorang mengenai orang hidup tapi tak ubahnya seperti mati?.
Ia menjawab:
اَلَّذِيْ لاَ يُنْكِرُ الْمُنْكَرَ بِيَدِهِ وَلاَ بِلِسَانِهِ وَلاَ بِقَلْبِهِ
“Yaitu orang yang tak mencegah kemungkaran dengan tangannya, tidak juga dengan lisan dan hatinya.”
(Mawa’izh as shahabah, Shalih Ahmad al Syami). Saudaraku..
Jangan terpesona dengan tampilan luar. Rajin mengikuti shalat berjama’ah di masjid. Jubah yang selalu dikenakan. Peci dan sorban yang menyertai kemana ia pergi. Mushaf al Qur’an yang selalu dibawa kemana-mana. Tasbih yang tergenggam di tangan. Dan seterusnya.
Jika dalam kesehariannya, ia tak pernah memberi warna keshalihan kepada orang lain. Tak pernah berbagi kebaikan dan manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Tak pernah ada upaya untuk menghilangkan virus maksiat dan mencabut akar dosa di lingkungannya. Bahkan ia membiarkan menjalarnya wabah kebodohan dan penyimpangan akidah, akhlak dan pemahaman agama di tengah-tengah masyarakat.
Sejatinya ia telah mengalami kematian bathin. Walaupun ia hidup secara zahir. Jantung ruhaninya telah berhenti berdetak walau raganya masih tetap bergerak.
Wujuduhu ka’adamihi, keberadaannya seperti tiada. Itulah pribahasa Arab untuk membahasakan seseorang yang tidak memberikan andil dan peran postitif di masyarakatnya.
Saudaraku..
Kita tentu tidak ingin mengalami kematian ruh sebelum kematian jasad. Oleh karena itu perlu kita buktikan bahwa kita masih layak dikelompokkan sebagai orang yang hidup. Yang bisa menjauhkan mudharat dan mara bahaya bagi diri kita sendiri, keluarga dan orang-orang di sekitar kita.
Jika kita memiliki kekuatan dan kekuasaan, maka kekuatan dan kekuasaan itu kita pergunakan untuk mendatangkan maslahat, kebaikan dan kebajikan untuk masyarakat. Memblokir dan bahkan menghalangi dan menutup semua jalan yang dapat mendatangkan dosa dan maksiat.
Jika suara kita didengar oleh umat. Karena kita sebagai kyai, ustadz, penceramah dan yang senada dengan itu. Maka dengan lisan kita berjihad, bersungguh-sungguh mentransfer pemahaman yang benar ke dalam hati dan akal masyarakat. Menyingkirkan duri dosa dan maksiat yang dapat mencelakakan umat. Mengingatkan mereka dari perilaku dosa dan kecerobohan yang dapat melemparkan mereka ke dalam neraka.
Juga mendekatkan masyarakat kepada perilaku ahli surga. Yang mana kenikmatan surga itu belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan belum pernah terbersit di dalam hati manusia.
Saudaraku..
Sebagai masyarakat umum alias awam. Kita pun tak bisa tinggal diam membiarkan bakteri maksiat dan dosa menyebar dan mewabah di tengah-tengah masyarakat. Minimal kita membentengi diri kita dan keluarga kita agar tak terjangkit wabah berbahaya tersebut.
Jika masing-masing keluarga memiliki pemahaman seperti ini, insyaallah maksiat dan dosa tidak akan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dan bahkan bisa jadi ia akan menyingkir dan menjauh dari daerah kita.
Saudaraku..
Jika kita tengok alam di sekitar kita saat ini. Perjudian sulit dihentikan. Rumah remang-remang semakin diminati sebagian orang. Orang yang tidak berpuasa justru bangga dengan keteledorannya. Masjid semakin sepi dari pengunjung. Al Qur’an semakin jauh ditinggalkan oleh umat Islam. Praktek jual beli riba semakin semarak. Perzinaan semakin subur dan seterusnya.
Hal ini membuktikan bahwa tidak sedikit dari kaum muslimin dan muslimat. Dan mungkin juga kita. Yang telah bergelar al marhum. Meskipun nafas kita masih berhembus. Kita telah mengalami kematian ruh. Sebab tangan, lisan dan hati kita telah mati. Tak tergerak untuk memberikan warna bagi orang lain. Tak memiliki andil bagi perbaikan umat. Wallahu a’lam bishawab.

Selasa, 16 Oktober 2012

cinta dalam islam

Kata pujangga cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya dahsyat sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan.
Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta (Jalaluddin Rumi). Namun hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah.
Itulah para pecinta dunia, harta dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta yang begitu agung, cinta yang murni. Cinta Allah cinta yang tak bertepi. Jikalau sudah mendapatkan cinta-Nya, dan manisnya bercinta dengan Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh lesu, tak ada tatapan kuyu. Yang ada adalah tatapan optimis menghadapi segala cobaan, dan rintangan dalam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi yakni syahid di jalan-Nya.

Tak jarang orang mengaku mencintai Allah, dan sering orang mengatakan mencitai Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa ada bukti yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang mengembara, menyebarangi lautan yang luas, dan mendaki puncak gunung yang tinggi demi mendapatkan cinta seorang wanita. Bagaimana mungkin menggapai cinta Allah, tapi dalam pikirannya selalu dibayang-bayangi oleh wanita/pria yang dicintai. Tak mungkin dalam satu hati dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya pasti menolak, kecuali cinta yang dilandasi oleh cinta pada-Nya.

Di saat Allah menguji cintanya, dengan memisahkanya dari apa yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa menerimanya. Di saat Allah memisahkan seorang gadis dari calon suaminya, tak jarang gadis itu langsung lemah dan terbaring sakit. Di saat seorang suami yang istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang suami pun tak punya gairah dalam hidup. Di saat harta yang dimiliki hangus terbakar, banyak orang yang hijrah kerumah sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya pada-Nya. Allah menginginkan bukti, namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya.

Itu semua adalah bentuk cinta palsu, dan cinta semu dari seorang makhluk terhadap Khaliknya. Padahal semuanya sudah diatur oleh Allah, rezki, maut, jodoh, dan langkah kita, itu semuanya sudah ada suratannya dari Allah, tinggal bagi kita mengupayakan untuk menjemputnya. Amat merugi manusia yang hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk, memburu harta dengan segala cara, dan enggan menolong orang yang papah. Padahal nasib di akhirat nanti adalah ditentukan oleh dirinya ketika hidup didunia, Bersungguh-sungguh mencintai Allah, ataukah terlena oleh dunia yang fana ini. Jika cinta kepada selain Allah, melebihi cinta pada Allah, merupakan salah satu penyebab do’a tak terijabah. Bagaimana mungkin Allah mengabulkan permintaan seorang hamba yang merintih menengadah kepada Allah di malam hari, namun ketika siang muncul, dia pun melakukan maksiat.

Bagaimana mungkin do’a seorang hamba yang mendambakan rumah tangga sakinah, sedang dirinya masih diliputi oleh keegoisan sebagai pemimpin rumah tangga..Bagaimana mungkin seorang ibu mendambakan anak-anak yang sholeh, sementara dirinya disibukkan bekerja di luar rumah sehingga pendidikan anak terabaikan, dan kasih sayang tak dicurahkan.

Bagaimana mungkin keinginan akan bangsa yang bermartabat dapat terwujud, sedangkan diri pribadi belum bisa menjadi contoh teladan. Banyak orang mengaku cinta pada Allah dan Allah hendak menguji cintanya itu. Namun sering orang gagal membuktikan cintanya pada sang Khaliq, karena disebabkan secuil musibah yang ditimpakan padanya. Yakinlah wahai saudaraku kesenangan dan kesusahan adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah kepada hambanya yang beriman…Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan tarbiyah terhadap ruhiyah kita, agar kita sadar bahwa kita sebagai makhluk adalah bersifat lemah, kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin-Nya. Saat ini tinggal bagi kita membuktikan, dan berjuang keras untuk memperlihatkan cinta kita pada Allah, agar kita terhindar dari cinta palsu.

Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang betul-betul berkorban untuk Allah Untuk membuktikan cinta kita pada Allah, ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan yaitu:
1) Iman yang kuat
2) Ikhlas dalam beramal
3) Mempersiapkan kebaikan Internal dan eksternal.

Kebaikan internal yaitu berupaya keras untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunah. Seperti qiyamulail, shaum sunnah, bacaan Al-qur’an dan haus akan ilmu. Sedangkan kebaikan eksternal adalah buah dari ibadah yang kita lakukan pada Allah, dengan keistiqamahan mengaplikasikannya dalam setiap langkah, dan tarikan nafas disepanjang hidup ini. Dengan demikian InsyaAllah kita akan menggapai cinta dan keridhaan-Nya. Amien..
"Jika mencintai dunia niscaya kita akan binasa, Jika mencintai Allah niscaya dunia akan melayani kita" (Aa Gym)

[3:14] Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternakl86 dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)

cintai dia dalam diam

bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang,
cukup cintai ia dalam diam ..

karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya ..
kau ingin memuliakan dia,
dengan tidak mengajakanya menjalin hubungan yang terlarang,
kau tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya.

karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu ..
menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu ..

karena diammu bukti kesetiaanmu padanya ..
karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah ALLAH swt. pilihkan untukmu ..

ingatkah kalian tentang kisah Fatimah dan ALi ??
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan ..
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah ..

.............

karena dalam diammu tersimpan kekuatan ..
kekuatan harapan ..
hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata ..
bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yanng berharap padanya ??

dan jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,
biarkan ia tetap diam ..

jika dia memang bukan milikmu,
toh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat ..

biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu
menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu ..

ketika Akhwat mengajukan diri

dakwatuna.com - “Assalamu’alaikum…” sapaku dengan nafas setengah tersengal pada Ka Mia sambil cipika cipiki.
“Wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh… Sehat Dhir?” balasnya sambil tersenyum.
“Alhamdulillah Ka… Kakak udah lama di sini?” sahutku sambil menyelonjorkan kaki.
“Baru nyampe juga kok… Mbak Syifa telat katanya, kita diminta mulai dulu. Kita tunggu satu orang lagi aja ya baru kita mulai liqonya…”
“Ok deh ka…”
Kami sama-sama terdiam; aku melepas lelah sambil mengatur nafas yang sempat tersengal karena terburu-buru menuju masjid ini, sedangkan Ka Mia berkutat dengan BB di tangannya. Entahlah, aku melihat ada semburat yang berbeda dari wajah Ka Mia. Seperti tahu sedang diperhatikan olehku, Ka Mia langsung mengalihkan pandangannya dari BB di tangannya ke arahku.
“Dhira, gimana kabar CV-mu? Udah ada CV ikhwan yang masuk belum dari Mbak Syifa?” sungging senyumnya dan pertanyaannya membuat hati ini dag dig dug.
Waduuh, kenapa tiba-tiba sang kakak menanyakan hal ini? Aku sebenarnya sudah lama tak ingin membahas tentang hal ini. Ya, sepertinya memang belum bisa tahun ini dan aku sudah menggeser planning itu di 2012 nanti.
“Hmm… belum ka… Kakak sendiri gimana? Udah lagi proses yaaa?” jawabku sambil menggodanya.
Ya. Kami berdua sama-sama sedang dalam masa pencarian dan penantian sang belahan jiwa. Kadang, waktu-waktu menjelang liqo atau setelahnya-lah yang membuat kami sering berbincang tentang masalah perkembangan proses pencarian dan penantian ini. Seperti saat ini yang kami bincangkan.
Teringat dulu, ketika satu bulan aku memasuki kelompok baru ini, ada program ta-akhi (dipersaudarakan) dari Mbak Syifa. Aku dan Ka Mia adalah salah satu pasang ta-akhi dalam lingkaran ini. Program ta-akhi dalam lingkaran kami katanya bertujuan untuk saling menjaga satu sama lain, saudara yang dita-akhikan adalah yang harus paling tahu tentang kondisi saudara yang dita-akhikan dengannya. Walaupun usia Ka Mia terpaut 3 tahun di atasku, tapi kami sudah seperti sahabat dekat, saling bercerita termasuk masalah proses ini. Ya, program ta-akhi dalam suatu ‘lingkaran’ ternyata amat berdampak untuk bisa saling menjaga.
“Aku juga belum, Dhir… Hmm… karena aku menempuh jalan yang berbeda dari yang lain…” wajah Ka Mia terlihat memerah.
Aku memandanginya dengan bahasa wajah tak mengerti.
“Sebenernya, aku udah ada kecenderungan dengan seorang ikhwan…” lanjutnya sambil lekat memandangku dan sepertinya ingin tahu apa reaksiku.
“Hah?? Beneran Ka? Siapa? Aku kenal gak?” rasa penasaranku mulai mencuat ke permukaan hingga bertubi-tubi pertanyaan terlontar.
“Dhira pernah ketemu kok sama orangnya. Inget ga waktu dulu pas Ramadhan, kelompok liqo kita bantuin ngadain buka puasa bersama anak yatim dari kantorku? Nah, yang jadi MC-nya itu, Dhir…” Ka Mia memberikan clue.
Aku mencoba mengingat-ingat. Tak sampai 5 menit, aku bisa mengingatnya dengan jelas. Seorang laki-laki berkemeja kotak-kotak tanpa peci membawakan acara buka puasa bersama anak yatim di daerah Jakarta Selatan. Gayanya yang supel dan agak selengekan, tak memperlihatkan tanda-tanda bahwa dia seorang ikhwan. Tapi cukup salut dengannya karena bisa membuat anak-anak kecil tertawa dengan lelucon yang ditampilkannya. Aaaahh, ga salah niih Ka Mia ‘naksir’ ikhwan seperti dia? Ka Mia yang terkenal shalihah, kalem dan berjilbab lebar ‘naksir’ ikhwan yang agak selengekan itu.
“Hm… bukannya kakak ga kenal dia sebelumnya ya? Dia itu kan yang ‘punya’ wilayah tempat santunan anak yatim itu bukannya?  Ketemunya pas acara itu aja kan?”
“Iya, awalnya emang ga kenal. Ketemu dia juga pas koordinasi beberapa hari menjelang acara dan saat acara. Tapi setelah acara, tepatnya menjelang Idul Fitri, dia add FB-ku. Dari situ akhirnya ada komunikasi via FB. Dan ternyata kantorku juga tertarik untuk menyalurkan qurban Idul Adha di daerahnya, maka jadilah komunikasi itu terjalin kembali.”
“Hoo… gitu… Hmm… boleh tau ga ka? Apa sih yang membuat kakak naksir dia?” rasa keingintahuanku semakin memuncak, hanya ingin tahu apa yang membuat akhwat seshalihah Ka Mia ‘naksir’ seorang ikhwan.
Dari kejauhan, muncullah seorang akhwat bergamis biru dongker. Rina, seorang saudari di lingkaran ini juga. Maka seperti kesepakatan di awal, liqo ini akan dimulai jika sudah ada satu akhwat lagi yang datang.
“Kapan-kapan lagi aja ya Dhir ceritanya…” ujar Ka Mia setengah berbisik sebelum akhirnya Rina mendekati kami.
Liqo pun dimulai dengan tilawah dan kultum. Tak berapa lama kemudian, Mbak Syifa datang dan memberikan materi tentang sabar.
Tiba-tiba selagi asyik mengetik poin-poin penting dari materi yang disampaikan oleh Mbak Syifa, HP yang kupegang bergetar. Ada sms masuk. Dari Ka Mia rupanya, padahal kami duduk bersebelahan.
“Dhir, aku mau lanjutin cerita yang tadi, bada liqo, bisa ga? Tapi khawatir dirimu pulang kemaleman…”
Secepat kilat, kubalas smsnya: “Insya Allah bisa Ka. Nanti aku pulang naik bajaj, tenang aja… :)”
“Siip klo gitu, nanti kita sambil dinner aja sekalian…”
“Azzzeeekk… ditraktir… hehe… ^_^  …”
“Siip, insya Allah… ^_^  …”
Adzan berkumandang, liqo ditutup sementara untuk shalat Maghrib lebih dulu. Aku tak sabar ingin tahu kelanjutan cerita dari Ka Mia, cerita seorang akhwat yang punya kecenderungan lebih dulu terhadap ikhwan. Jarang-jarang ada yang cerita seperti ini ke aku, patut didengarkan. Ya walau kadang ketika seorang akhwat bercerita tak memerlukan saran, maka cukupkan cerita itu sebagai pelajaran.
Liqo pun dilanjutkan. Setelah diskusi tentang materi, saatnya sharing qhodhoya (masalah) dan evaluasi binaan serta amanah. Hingga akhirnya, tepat adzan Isya berkumandang, liqo pun usai. Kami bercipika cipiki ria sebelum pulang. Sementara yang lain memutuskan untuk pulang, aku memutuskan untuk shalat Isya dulu di masjid, sedangkan Ka Mia yang sedang datang bulan menungguku di teras masjid.
Usai shalat Isya, aku dan Ka Mia mulai menelusuri jalan di sekitar RSCM untuk mencari tempat makan. Akhirnya pilihan tempat makan jatuh pada sebuah rumah makan seafood. Kami memilih menu nasi goreng seafood dan juice strawberry. Sambil menunggu menu yang akan dihidangkan, mulailah cerita tadi sore dilanjutkan.
“Oiya Dhir, tadi sore ceritanya sampai mana ya?” pancing Ka Mia lebih dulu.
“Oohh… tadi itu aku nanya, apa siih yang membuat kakak punya kecenderungan sama ikhwan itu?”
“Hmm.. Ok, aku akan cerita Dhir. Selama ini aku bisa nahan cerita ini, tapi sepertinya hari ini ga bisa kutahan untuk ga cerita ke kamu. Jadi, tolong dijaga ya..”, lagi-lagi senyumnya menyejukkan jiwa.
“Siip ka, tenang aja. Palingan nanti aku minta izin buat nulis tentang ini, itupun kalo kakak ngijinin.. hehe, dengan sedikit penyamaran tentunya. Maklum, penulis, slalu mencuri-curi kesempatan untuk menuliskan pengalaman yang inspiratif..”, jawabku sekenanya.
Ternyata direspon baik oleh Ka Mia, “Boleh banget Dhir, aku percayakan ke kamu deeh..”
Menu yang ditunggu pun datang. Berhubung lapar sangat, aku meminta izin untuk mendengarkan cerita sambil makan. Dan Ka Mia pun memulai ceritanya.
“Alasan aku punya kecenderungan dengan ikhwan itu sebenernya karena ada kriteria calon suami yang pas pada dirinya. Ini terkait karakter dia, entahlah aku merasa ‘klik’ aja dengan karakternya. Orangnya supel dan dengan gayanya yang seperti itu, aku yakin dia bisa memudahkan aku untuk berdakwah di keluarga besar. Karena selama ini, aku agak sulit ‘berpengaruh’ di keluarga besar. “
Masya Allah, alasannya ternyata itu; karakter untuk memudahkan berdakwah di keluarga besar. Beda dah emang kriteria akhwat shalihah untuk calon suaminya, bervisi dakwah euy. Bukan kriteria fisik, misalnya putih dan tinggi, seperti yang biasanya sering dicurhatkan ke aku oleh beberapa akhwat yang mencantumkan putih dan tinggi sebagai kriteria calon suami mereka. Ya, karena jika dilihat dari fisiknya, ikhwan yang dicenderungi oleh Ka Mia, termasuk yang biasa saja, standar, tidak putih dan juga tidak tinggi, tapi tetap lebih tinggi sang ikhwan dibandingkan Ka Mia.
“Oohh gitu ka.. trus akhirnya apa yang kakak lakukan?”, tanyaku sambil menyeruput juice strawberry.
“Akhirnya, setelah istikharah beberapa malam, aku sampaikan tentang hal ini ke Mbak Syifa. Mbak Syifa pun berusaha mencarikan jalur tarbiyah sang ikhwan lewat teman Mbak Syifa. Nunggu kabar itu, lama banget, berminggu-minggu baru dapat kepastian bahwa ternyata temannya Mbak Syifa yang ada di daerah yang sama dengan ikhwan itu, ga bisa mendeteksi karena ga ada yang kenal dengan ikhwan itu. Waaah, sempet terpikir tuh sama aku, ini ikhwan, tarbiyahnya sehat gak ya? kok ga dikenal ya di daerahnya sendiri? Mbak Syifa pun ga bisa bantu lagi. Kembali aku istikharah, nanya sama Allah, gimana lagi ini caranya untuk menemukan jalur tarbiyahnya? Dan akhirnya petunjuk itu datang. Aku teringat pas koordinasi acara santunan anak yatim itu, aku juga koordinasi sama seorang akhwat selain sama sang ikhwan. Tentunya sang akhwat mengenal baik sang ikhwan karena berada di satu daerah.  Akhwat itu udah punya anak dua, Mba Nany namanya. Aku beranikan diri menyatakan hal itu ke Mba Nany via FB, tapi izin dulu ke Mbak Syifa. Mba Syifa mempersilakan. Alhamdulillah, Mbak Nany merespon cepat, beliau minta MR-ku untuk hubungin beliau, kemungkinan besar Mbak Nany tahu jalur tarbiyah sang ikhwan. Aku kasih tahulah respon ini ke Mbak Syifa dan minta tolong Mbak Syifa hubungin Mbak Nany. Aku kasih nomor Mbak Nany ke Mbak Syifa.”
“Sambil dimakan Ka.. “, sela-ku karena melihat nasi di piring Ka Mia masih banyak dibandingkan nasi di piringku yang tinggal beberapa suap lagi.
Ka Mia pun menyuapkan nasi goreng seafood ke mulutnya.
“Waah,, ribet juga ya Kak, prosesnya. Salut aku, kakak sampai sebegitu beraninya.”
“Ya namanya juga ikhtiar, Dhir.. Aku juga ga nyangka bakal seberani ini. Tapi ya itu tadi, sebelum bertindak apa-apa, aku istikharah dulu, curhat ke Allah. Dan Allah memantapkan hati ini untuk bertindak pada akhirnya, makanya aku berani. Pas mau cerita ke Mbak Syifa n Mbak Nany aja, ada rasa ga berani.. Tiap mau kirim message, pasti didelete lagi, diurungkan niatnya. Baru ada keberaniaan mengirim message setelah shalat istikharah..”
Masya Allah, baru kali ini aku mendengar cerita akhwat yang mencari jalur tarbiyah ikhwan. Biasanya, ikhwan yang berusaha mencari jalur tarbiyah akhwat. Benar-benar jalan yang ditempuh berbeda dari yang lain. Tak sabar diri ini menunggu cerita selanjutnya dari Ka Mia.
“Trus akhirnya udah ada progress dari Mbak Nany n Mbak Syifa?”
Ka Mia menyeruput juice strawberry-nya baru kemudian melanjutkan cerita, dengan sedikit menghela nafas.
“Huuffhh. Ya, aku udah dapet kabar dari Mbak Syifa, baru aja kemarin Mbak Syifa meminta aku ke rumahnya. Jadi ternyata, Mbak Nany itu harus nanya dulu ke Murabbiyahnya untuk mencari tahu siapa Murabbi sang ikhwan. Makanya agak lama juga progressnya, hampir satu bulan. Mbak Syifa ga tau bagaimana MR Mbak Nany mengkomunikasikan hal ini ke MR sang ikhwan, yang jelas Mbak Syifa mohon tidak menyebutkan namaku, untuk menjaga izzah. Trus barulah dapet kabar kalo MR ikhwan itu agak keberatan dengan akhwat yang mengajukan diri lebih dulu, dan ada kemungkinan MR ikhwan itu sudah punya proyeksi akhwat lain untuk sang ikhwan. Mungkin sang MR menginginkan binaannya ta’aruf dimana masing-masing belum saling kenal, berbekal dari CV pilihan sang MR, masih seperti jaman awal dakwah dulu. Kalo kata Mbak Syifa, kebanyakan MR ikhwan itu biasanya memang masih belum menerima jika ada akhwat yang mengajukan diri lebih dulu, beda dengan MR akhwat yang lebih terbuka dan ga mempermasalahkan kalo ada akhwat yang mengajukan diri. Jadi memang agak sulit kalo Mbak Syifa harus ngomong langsung ke MR sang ikhwan. Soalnya kan udah tau pandangan MR ikhwan itu terkait akhwat yang mengajukan diri lebih dulu, seperti apa. Lagipula sempat disinggung kemungkinan sudah ada proyeksi akhwat lain untuk sang ikhwan dari MRnya. Kalo Mbak Syifa langsung menghubungi MR sang ikhwan, itu pasti mau ga mau akan membuka namaku. Mbak Syifa juga masih bingung makanya mau gimana kelanjutannya dan keputusan itu diserahkan ke aku; mau dihentikan atau mau tetap lanjut tapi gimana caranya? Ya, gitu deh ceritanya.. Gimana tanggapanmu, Dhir?”, Ka Mia mengakhiri cerita itu dengan senyum simpulnya.
Aah.. Ka Mia masih bisa tersenyum dengan kabar seperti itu. Jika aku berada di posisinya mungkin sudah menyerah dengan perjuangan untuk menuju ta’aruf yang super duper ribet seperti itu. Belum aja ta’aruf, sudah ribet sedemikian rupa, apalagi jika sudah ta’aruf dan menuju jenjang pernikahan. Mungkin ini yang disebut perjuangan untuk sebuah rasa yang harus dipertanggungjawabkan.
“Hoalah.. Kok ribet banget ya ka? MR ikhwan udah jelas-jelas keberatan kalo akhwat mengajukan diri lebih dulu dan sepertinya udah punya proyeksi akhwat lain untuk sang ikhwan. Uppss.. maaf Ka.. “, aku menahan kata-kata lainnya untuk dikeluarkan, khawatir menyinggung perasaan Ka Mia.
“Kok minta maaf? Ga papa Dhir.. Ya begitulah ikhwan, kadang sulit dimengerti. Aku juga belum tau apakah sang ikhwan memiliki kecenderungan yang sama atau ga sepertiku. Masalahnya, baru kali ini aku menemukan seseorang yang aku rasa ‘klik’ denganku, maka aku mau coba berusaha mengikhtiarkan jalan ini. Di usia yang sudah seharusnya menikah, apalagi yang ditunggu jika ada seseorang yang dirasa sudah cocok dengan kita. Jalan satu-satunya adalah mengikhtiarkan walaupun aku belum tau sebenarnya apakah ikhwan itu punya kecenderungan yang sama. Jika sudah diikhtiarkan jadi ga penasaran, apapun itu hasilnya. Toh kalo jodoh ga ke mana kan?”
Aah.. Kata-katanya ini sungguh menancap dalam ke relung hatiku. Usia Ka Mia yang saat ini sudah menginjak 26 tahun memang sudah selayaknya menikah. Aku saja yang 3 tahun di bawahnya juga sedang dalam pencarian dan penantian, apalagi Ka Mia yang sudah bertahun-tahun mencari dan menanti. Tak terbayangkan bagaimana perasaannya selama itu menanti.
“Iya, ka.. insya Allah jodoh ga pernah ketuker. Kalo memang Ka Mia berjodoh di dunia ini dengan ikhwan itu, insya Allah jalan menuju ke sana pasti terbuka. Hm.. kalo menurutku ga masalah sebenernya akhwat mengajukan diri lebih dulu, itupun ada contohnya dari bunda Khadijah. Ya tapi memang ga lazim aja di jaman sekarang ini, masih dianggap tabu bagi sebagian besar orang. Oya, aku mau tanya sama kakak donk, apa kakak udah tahu betul bagaimana akhlaq sang ikhwan hingga akhirnya kakak berniat mengajukan diri lebih dulu? “, naluri konsultan mulai muncul dalam diri.
“Insya Allah udah, Dhir. Ketika aku mengutarakan hal ini ke Mbak Nany, yang juga kenal baik dengan ikhwan itu, aku juga minta dijelaskan bagaimana karakter dan sifat sang ikhwan selama bekerjasama dengan Mbak Nany. Mbak Nany bilang, sang ikhwan punya daya juang yang tinggi, walau terlihat selengekan termasuk yang mudah dinasihati. Untuk kesiapan menikah dalam waktu dekat, Mbak Nany melihat sudah ada kesiapan dari sang ikhwan. Tapi mungkin ada sedikit masalah pada financial karena sang ikhwan masih harus membiayai adiknya yang masih SMA dan yang masih skripsi. Dari penjelasan Mbak Nany, makin memantapkan diriku, Dhir.”, jelas Ka Mia.
“Hoo.. bagus deh kalo gitu Ka. Karna kan ketika bunda Khadijah ingin mengajukan diri, beliau mencari tahu dulu akhlaq Muhammad melalui perantara Maisarah, orang kepercayaannya, dengan melakukan perjalanan dagang bersama. Trus setelah tahu dan mantap, baru deh meminta Nafisah, wanita setengah baya, untuk ngomong dari hati ke hati sama Muhammad. Ga langsung nembak bahwa Khadijah suka dan menginginkan Muhammad sebagai suaminya. Tapi menanyakan hal-hal umum terkait kesiapan Muhammad tentang pernikahan dan apakah sudah ada calon atau belum. Ketika Muhammad bilang belum ada calon, maka Nafisah mengajukan wanita dengan kriteria tertentu, rupawan, hartawan dan bangsawan, tidak menyebutkan bahwa Khadijah-lah orangnya. Namun dari kriteria yang disebutkan itu, Muhammad pun paham siapa yang dimaksud. Ya, berarti kakak udah menempuh jalan sampai tahap Maisarah, tinggal mencari Nafisahnya Ka.”
“Hmm.. iya betul, Dhir.. Aku juga sempat terpikir hal itu, tapi siapa ya yang bisa menyampaikannya?”
“Sebenernya menurutku, Mbak Nany juga bisa langsung berperan sebagai Nafisah. Tadi kan kakak bilang agak sulit dengan MR ikhwannya. Kan bisa aja Mbak Nany yang mancing lebih dulu, untuk ta’aruf selanjutnya bisa diserahkan via MR, jika tentunya sang ikhwan juga punya kecenderungan yang sama. Setidaknya Mbak Nany bisa mengorek informasi apakah sang ikhwan sudah punya calon yang akan dinikahi atau belum, atau sudah ada kecenderungan dengan akhwat lain atau belum. Kalo belum, bisa aja dengan sedikit candaan, Mbak Nany menawarkan ke sang ikhwan, sambil ngomong kayak gini: saya ada akhwat niih yang udah siap nikah dan sedang mencari pendamping, bersedia ga? Kriterianya blablabla, nyebutin kriterianya Ka Mia. Kalo sang ikhwan bersedia dengan kriteria yang disebutin, Mbak Nany bisa langsung kasih tahu kalo akhwat yang udah siap nikah itu adalah Ka Mia. Mbak Nany, Ka Mia dan sang ikhwan kan udah saling kenal, jadi lebih gampang seharusnya. Nah, nanti kan jadi makin tahu gimana respon sang ikhwan jika ternyata akhwat yang ditawarkan itu Ka Mia. Kalo ikhwan bilang lanjut, maka dia bisa langsung bilang ke MRnya kalo dia sudah siap nikah dan sudah punya nama. Kalo udah binaan sendiri yang bilang ke MR mah, biasanya udah gampang Ka, apalagi udah ngajuin nama. Kalo kayak gini prosesnya kan jadi ga keliatan kalo Ka Mia yang mengajukan diri lebih dulu, tapi harus bermain ‘cantik’ dalam proses, jangan sampai sang ikhwan tahu kalo Ka Mia mengajukan diri. Hehe..”, panjang lebar aku menjelaskan bagaimana sebaiknya penerapan proses Ka Mia dan sang ikhwan seperti proses Khadijah dan Muhammad.
“Hwaaa.. Dhiraaaa, kamu udah kayak konsultan jodoh aja deh. Jadi tercerahkan niih aku jadinya. “, Ka Mia menepuk pipiku yang gembul.
“Semoga bisa sedikit ngasih solusi untuk proses kakak yang rumit itu, masa’ hanya gara-gara MR ikhwan, langsung mundur? Ada banyak jalan menuju Roma.. hehe..”
“Siip,, insya Allah.. Naah, kamu sendiri gimana niih Dhir? Udah nemu yang cocok denganmu belum?”, tembak Ka Mia kepadaku.
“Hehe.. aku mah sabar aja Ka dalam penantian ini, nunggu pangeran berkuda putih dateng ngelamar aja, hehe..”, jawabku sedikit asal.
“Sabar dalam penantian itu bagi seorang akhwat ga berarti pasif, tinggal nunggu. Akhwat juga harus aktif dalam penantian. Jumlah akhwat itu jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ikhwan. Terlepas dari jodoh adalah takdir, tetep harus ikhtiar yang terbaik untuk mencari calon imam bagimu dan anak-anakmu kelak. Memang benar jodoh itu di tangan Allah, tapi kita juga harus aktif berikhtiar mengambil dariNYA. Kalo memang di sekitarmu ada ikhwan yang dirasa cocok denganmu, coba aja kamu ajukan diri, bilang ke Mbak Syifa, katanya target tahun ini kan? Tentunya dengan tetap menjaga izzah sebagai seorang akhwat dan jangan pernah tinggalkan istikharah dalam mengambil tindakan apapun..”, ujar Ka Mia memberi masukan untukku.
“Hahahaha.. ga jadi tahun ini Ka.. Ga keburu.. Jadi,, tahun depan aja targetnya insya Allah.. hehe..”
“Jiiaahh.. kamu ini udah siap belum siih? Apa cuma sekadar ingin menikah? Lagi labil gitu maksudnya..”, ledek Ka Mia.
“Siap gak siap mah harus nyiapin diri Ka.. Tapi apa mau dikata kalo pangeran berkuda putihnya belum muncul-muncul juga?”, aku menimpali ledekan Ka Mia.
“Yaudah, kita saling mendoakan ya yang terbaik, dan ikhtiar yang terbaik juga.. Jazakillah ya Dhir, udah mau denger ceritaku dan ngasih solusinya.. Aku cerita ini cuma ke 3 orang, Mbak Syifa, Mbak Nany dan kamu. Bahkan aku cerita detail seperti ini cuma ke kamu looh.. Hehe..”
“Sama-sama Ka, ceritanya menginspirasi banget. Jarang loh ada akhwat yang berani mengajukan diri. Dan aku rasa, hanya akhwat tangguh yang bisa seperti itu. Tangguh akan perasaan dan hatinya. Alhamdulillah kalo ada respon positif dari sang ikhwan, kalo responnya negatif? Hanya akhwat tangguh yang bisa menerima kemungkinan kedua; ditolak.. Aku salut deh sama kakak. Semoga lancar urusannya y Ka.. Doain aku juga, semoga pangeran berkuda putihku segera datang menjemputku.. hehe..”
“Aamiin.. insya Allah saling mendoakan yang terbaik..”
Kami pun menyudahi dinner. Ka Mia menungguku hingga naik bajaj. Aah, sungguh malam yang berkesan dalam kebersamaan dengan saudari seperti Ka Mia.
****
Sesampai di rumah, kurebahkan diri ini di tempat tidur, menatap langit-langit kamar yang tak begitu tinggi. Pandangan kualihkan ke sebelah kanan tempat tidur. Ada sebuah diary biru yang tergembok. Aku buka dompetku dan kukeluarkan sebuah kunci di sela-sela saku dalamnya. Gembok ‘blue diary’ itu pun kubuka. Kuraih ballpoint tepat di samping kananku. Baru saja tangan ini tergerak untuk menulis, terdengar sebuah dering dari HP-ku. Kuraih HP dan terteralah sebuah pesan dari YM-ku.
“Asslm.Dhir,gmana nih kabarnya? lagi deactive FB ya?”
Aah.. Rasa yang tak biasa itu muncul lagi, tepat di hari ke-7 aku mendeaktif akun FBku. Kenapa nama seorang ikhwan itu yang tertera di YM-ku menyadari bahwa aku sedang mendeaktif FB-ku? Kata-kata Ka Mia pun terngiang:
“….Kalo memang di sekitarmu ada ikhwan yang dirasa cocok denganmu, coba aja kamu ajukan diri, bilang ke Mbak Syifa..”
“….Kalo memang di sekitarmu ada ikhwan yang dirasa cocok denganmu, coba aja kamu ajukan diri, bilang ke Mbak Syifa..”
“….Kalo memang di sekitarmu ada ikhwan yang dirasa cocok denganmu, coba aja kamu ajukan diri, bilang ke Mbak Syifa..”
“….Kalo memang di sekitarmu ada ikhwan yang dirasa cocok denganmu, coba aja kamu ajukan diri, bilang ke Mbak Syifa..”
Segera kutepis kata-kata itu dan mencoba menepis rasa yang terlanjur ada. Tak terasa, bulir-bulir hangat itu membasahi pipi. Kugerakkan tangan ini untuk menulis dalam ‘blue diary’.
Jika anugrah itu membahagiakan
Maka cinta yang [katanya] merupakan anugrah dariNYA
Seharusnya juga membahagiakan
Namun adakalanya
Ada yang merasa tak bahagia dengan cinta
Atau janganlah terlalu dini menyebutnya cinta
Mari kita sebut saja sebuah rasa
Rasa yang berbeda
Yang [lagi-lagi katanya] menggetarkan jiwa
Aha
Mungkin memang belum saatnya
Rasa itu ada
Hingga diri merasa nista dengan rasa
Atau jangan-jangan rasa yang ada
Didominasi oleh nafsu sebagai manusia
Jika itu permasalahannya
Maka titipkanlah rasa pada SANG PENGUASA
Biarkan ia yang belum saatnya, bersamaNYA
Biarkan waktu yang kan menjawabnya
Hingga Dia mengembalikan rasa itu jika saatnya tiba
Wanita.. Wanita..
Slalu saja
Bermain dengan rasa
Maka mendekatlah padaNYA
Agar rasa yang belum saatnya
Tetap terjaga
Agar rasa yang ada
Tak membuat hati kecewa
Agar rasa yang dirasa
Tak membuat jauh dariNYA
Biarkanlah diri merasa nista dengan rasa
Jika ternyata nafsu tlah menunggangi ia yang belum saatnya
Hingga akhirnya membuat diri menangis pilu karenanya
Menangis karena menyadari bahwa dirinya masih rapuh ternyata
Masih perlu belajar bagaimana mengelola rasa yang belum saatnya
Ya Rabbana
Hamba titipkan rasa yang belum saatnya
Agar ia tetap suci terjaga
Hingga waktunya tiba

Aah.. Aku bukanlah akhwat tangguh yang bisa memperjuangkan rasa yang terlanjur ada. Aku hanya akhwat biasa yang tak sanggup akan rasa yang belum saatnya, karena aku bukanlah Khadijah yang mulia.

ketika ikhwan jatuh cinta


Ikhwan jatuh cinta..
Tak ada y aneh, mrk jg adalah manusia.
Bukankah cinta adalah fitrah manusia?
Tak pantaskah ikhwan jatuh cinta?
Mereka jg punya hati dan rasa..

Tapi tahukah kalian betapa berbedanya mereka saat cinta seorang perempuan menyapa hatinya?
Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu d wajah, tak ada buncah suka d dada..
Namun sebaliknya..
Ketika ikhwan jatuh cinta..
Y mereka rasakan adalah penyesalan y amat sangat, atas sbuah hijab y tersingkap.
Ketika lelaki y tak halal baginya, bergelayut dlm alam fikirx, y mrk rasakan adalah ketakutan y bgt besar akan cinta y tak suci lg..
Ketika rasa rindu mulai merekah d hatinya, y mereka rasakan adalah kesedihan y tak terperih akan sbuah asa y tak semestinya..

Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu..
Yang ada adalah malam2 y d penuhi air mata penyesalan atas cintaNya y ternodai..
Yg ada adalah kegelisahan, krn rasa y salah arah..
Yg ada adalah penderitaan akan hati y mulai sakit..

Ketika ikhwan jatuh cinta..
Bukan harapan u btemu y mrk nantikan, tapi y ada adalah rasa ingin menghindar dan menjauh dr org tsb.
Tak ada kata2 cinta, dan rayu.. Y ada adalah kehawatiran y amat sangat akan hati y mulai merindukan lelaki y blm halal atau bahkan tak akan pernah halal baginya..
Ketika mereka jatuh cinta, maka perhatikanlah, kegelisahan d hatinya y tak mampu lg memberix ketenangan d wajahnya y dulu teduh..
Mrk akan terus berusaha mematikan rasa itu bagaimanapun caranya.. Bahkan kendati dia harus menghilang, maka itu pun akan mrk lakux..

Alangka kasihannya jika ikhwan jatuh cinta.. Krn y ada adalah penderitaan..

Tapi akhy.. Bersabarlah.. Jadikan ini ujian dr Rabbmu..
Matikan rasa itu secepatnya..
Pasang tembok pembatas antara kau dan dia..
Pasang duri dlm hatimu agar rasa itu tak tumbuh bersemai..
Cuci dgn air mata penyesalan akan hijab y tersingkap..
Putar balik kemudi hatimu, agar rasa itu tetap terarah padaNya..
Pupusx rasa rindu padanya dan kembalikan dlm hatimu rasa rindu akan cinta Rabbmu..

Akhy.. Jangan khawatir kau akan kehilangan cintanya.. Krn bila memang kalian d takdirkan bersama, maka tak akan ada y dpt mencegah kalian bersatu..
Tp ketahuilah, bgm pun usaha kalian u bersatu, jika Allah tak menghendakix, maka tak akan pernah kalian bersatu..

Akhy.. Bersabarlah.. Biarkan Allah y mengaturnya.. Maka yakinlah.. Semuanya akan baik-baik saja.

Sabtu, 06 Oktober 2012

Islam itu lengkap

"Udah deh, ustadz urus agama aja, jangan ikut2an bahas BBM naik"
Jadi maksudnya agama Islam nggak sempurna krn tak punya aturan urus BBM?
dulu Rasulullah menjadi rujukan setiap masalah ummat | sekarang ummat membatasi ustadz hanya jadi rujukan sunatan dan kemasukan setan
bila Islam hanya uruskan ritual, untuk apa kami pindah keyakinan? | kami meyakini Islam karena Islam miliki solusi dunia-akhirat

Siapkan diri untuk sesuatu yang pasti

apa manfaat yg tertinggal pada harta saat kematian datang? | tak lebih dari selembar kain kafan
apa manfaat yg tertinggal pada keluarga saat kematian tiba? | tak lebih sampai menghantar ke liang kubur
apa yg tertinggal pada pangkat jabatan saat kematian menjelang? | tak lebih dari ukiran huruf diatas nisan
apa yg tertinggal pada ilmu saat kematian menjemput? | tak lebih dari banyaknya orang yang mengingat
apa yang tertinggal pada lisan saat kematian merapat? | tak lebih ucapan yang dilupakan pendengarnya
dan apa yg tertinggal pd Islam waktu kematian? | harta yg berkah, keluarga yg mendoakan, jabatan yg manfaat, ilmu jariyah, dan lisan yang berdakwah, insya Allah :)

jadi ikhwan tangguh

apa arti kata cinta bila menggadaikan masa depan? | ia tidak lebih dari ucapan dusta
apa arti sayang bila ia mempertaruhkan kehormatan | ia tidak lebih daripada fatamorgana
lelaki yang memutuskan menikah saja tidak bernyali | mau diharap apa untuk masa depan? mungkin hanya mimpi..
wanita yang tak bisa tegas padahal nyata dipaksa sempurnakan maksiat? | jangan salahkan siapapun atas masa depan kelak
..
saat tangan bergandeng dengan yang tak halal | harusnya bukan bangga kau rasa, harusnya malu | begitu mudahnya lelaki dapatkan dirimu?
semua lelaki bersedia memegang tangan | namun tak semuanya bersedia memegang komitmen | hanya yang serius, bukan yang pacaran
apa beda yang sudah menikah dan yang pacaran saat diluar? | yang sudah nikah kalem, sedang yang pacaran grusa-grusu, apa aja mau dipegang
yang menikah jelas inginkan masa depan | yang pacaran jelas hancurkan masa depan
kenapa yang pacaran grusa-grusu? | apa aja mau dipegang? | jawabannya: "selagi sempat" | pahamkah? "selagi sempat"?
kenapa lelaki mau pacaran? | karena mereka belum yakin siap untuk nikah | in other words "kamu jadi ajang pelatihan"
nikah itu keseriusan, pacaran itu permainan | mau dimainin atau mau diseriusin?
kasitau sekarang juga | kalo nggak siap nikahi, lebih baik sudahi aja | itu tindakan paling ksatria | bismillah, segera sudahi maksia

Saat yang hala menghampiri

lelaki yang berani ajak pacaran | jangan heran bila ia selingkuh setelah nikah | sama-sama berani maksiat ke Allah kan?
lelaki yg berani pegang2 tanpa ikatan nikah | jangan heran dia pegang2 wanita lain setelah nikah | sama2 gak ada ikatan kan?
lelaki yg berani ucap sayang-kangen-cinta pdhl blm akad | jangan heran itu jg diucapkan pd wanita lain stlh nikah | sama aja kan?
belum nikah aja dia sudah

berani ajak maksiat | jangan heran setelah nikah maksiatnya nambah parah | karena kamu udah serahkan segalanya
saat kamu masih punya kehormatan aja dia nggak bisa hormati kamu | malah kamu serahkan kehormatan ke dia?
tangis nggak akan kembalikan masa depanmu | hanya memperburuk masa lalumu | kehormatan kau jadikan taruhan?
#UdahPutusinAja, selagi masih sempat | selagi belum terjembab semakin dalam
lebih baik pantaskan diri | sementara menyendiri | sampai yang halal mengakhiri

Akhwat,,, jaga dirimu

lelaki yang berani ajak pacaran | jangan heran bila ia selingkuh setelah nikah | sama-sama berani maksiat ke Allah kan?
lelaki yg berani pegang2 tanpa ikatan nikah | jangan heran dia pegang2 wanita lain setelah nikah | sama2 gak ada ikatan kan?
lelaki yg berani ucap sayang-kangen-cinta pdhl blm akad | jangan heran itu jg diucapkan pd wanita lain stlh nikah | sama aja kan?
belum nikah aja dia sudah

berani ajak maksiat | jangan heran setelah nikah maksiatnya nambah parah | karena kamu udah serahkan segalanya
saat kamu masih punya kehormatan aja dia nggak bisa hormati kamu | malah kamu serahkan kehormatan ke dia?
tangis nggak akan kembalikan masa depanmu | hanya memperburuk masa lalumu | kehormatan kau jadikan taruhan?
#UdahPutusinAja, selagi masih sempat | selagi belum terjembab semakin dalam
lebih baik pantaskan diri | sementara menyendiri | sampai yang halal mengakhiri

Berfikirlah

bila dunia mulai menarik bagimu, dan akhirat terasa jauh darimu | pejamkanlah mata, dan ingat kegelapan yg menanti di kubur
dapat satu gunung emas akan ingin yg kedua | karena tak cukup makanan puaskan manusia kecuali gumpalan tanah yang menyumpal mulut
bila banyaknya harta jaminan surga, tentu Rasulullah dimakmurkan dengan harta | namun Rasulullah memilih sederhana, uswah bagi kita semua
bila ses

uatu itu baik, maka tentu akan terjadi pada manusia yg terbaik | bila harta itu laik, tentu Rasul kan katakan itu menarik
dunia itu membesarkan syahwat dan menutup hati | akhirat itu mengajak berpikir dan menghinakan nafsu
peralat dunia dengan menghabiskannya di jalan Allah | dengannya kita dapatkan bahagia dunia akhirat

Nikah lebih baik dari pacaran

Sungguh lelaki soleh itu jika ia suka, maka ia akan selalu berusaha menghormati dan membahagiakan istrinya. . .
Namun jika ia tdk suka, sungguh ia tdk akan mendzaliminya karena ahlak dan keimanannya akan men
cegahnya berbuat itu.
Lelaki sholeh itu akan menjaga hatimu dengan menikahimu, bukan memacarimu dgn memberikan iming-iming ribuan janji, ribuan kata gombal mukiyo :D. . .
Lelaki sholeh itu sangat takut terhadap wanita yang masih belum jadi mahrom nya. . .
Karena lelaki sholeh tau, Ada Allah yang senantiasa Maha Melihat, Dia Tak Pernah Tidur…
Maluuuu…jika mau berbuat dosa!

Wanita sholihah itu wanita yang senantiasa menjaga diri nya dari lelaki yang bukan mahrom nya..
cinta suci khusus untuk suaminya tercinta..
Senatiasa menjaga kehormatan dan harga dirinya, tak mudah percaya pada iming-iming janji, tak mudah terlena pada kata gombal murahan…
Wanita sholihah itu menutup auratnya karena Allah… Taat pada perintah-Nya…

The Power Of Word

Ada sebuah percobaan di sebuah kampus Amerika. Sekelompok orang bermata biru dan sekelompok orang bermata hitam.
Sang Profesor berkata kepada kedua kelompok itu bahwa orang yg bermata biru memiliki kemampuan lebih dibandingkan yg bermata hitam. Setahun kemudian ketika dilihat hasilnya ternyata memang benar bahwa kelompok mata biru memiliki nilai akademis yg lebih tinggi.

Setelah itu Sang Profesor berkata lagi dihadapan kedua kelompok itu, bahwa ternyata hasil penyelidikan biologis menemukan fakta baru bahwa yg bermata hitamlah yg lebih unggul.

Setahun kemudian ketika diukur hasilnya lagi ternyata hasilnya mengejutkan, kelompok yg bermata hitam lebih unggul dibandingkan yg bermata biru.

Sesungguhnya Sang Profesor tahu bahwa potensi kedua kelompok itu sama saja, dia hanya ingin menguji bagaimana dampak sebuah kata-kata dapat mempengaruhi paradigma, Value dan Behaviour seseorang. Inilah yg dinamakan sugesti.

" What you see is what you do, what you do is what you get ".

Perbanyaklah dzikir dan berfikirlah selalu positif. you are what you think you are.

" Aku sesuai sangkaan Hamba Ku, kalau baik maka baiklah Aku, kalau buruk maka burukalah Aku "
( Hadist Qudsi )

sholat bagai mandi 5 kali sehari

Rosulullah saw bersabda, "Tahukah kalian, seandainya sebuah sungai ada di depan pintu salah seorang kamu, ia setiap hari mandi dari sungai itu sebanyak lima kali apakah masih ada kotoran yg melekat padanya?"

Mereka menjawab: "Tidak akan tersisa sedikitpun dari kotorannya".

Beliau bersabda, "Begitulah perumpamaan shalat lima waktu yang dengannya Allah menghapus dosa-dosa". (HR Bukhari Muslim)

Bagikan tausiyah ini kepada teman-temanmu dengan meng-klik 'bagikan'/'share' dan undang temen2mu gabung dg klik ‘Invite Your Friends

untuk yang ditinggal pacar

Jangan pernah menyentuh hidup seseorang
kalau itu hanya akan menghancurkan
perasaannya. . .
Jangan pernah menatap matanya jika semua
yg kamu lakukan hanya bohong. . .
Hal yg paling kejam adalah membiarkannya
jatuh cinta sementara kamu tidak

mencintainya. . .

Suatu hari, seseorang yg sedang putus cinta
menangis di taman. Saat itu datang seorang
kakek bertanya padanya, “Kenapa kamu
menangis?”

Org itu menjawab, “Aku sangat sedih, kenapa
dia meninggalkan ku?”

Lalu kakek itu tertawa sambil berkata,
“Kamu bodoh sekali.”

“Kakek ini bagaimana? Jangan menghinaku.
Aku sudah sangat sedih karena putuas cinta.
Tak apalah kalau kakek tak membujukku. Tapi
kakek malah menertawaiku” jawab org itu

“Bodoh, kamu tak perlu sedih. Sebab yg
seharusnya sedih adalah dia,” kata kakek.

“Kenapa dia yg bersedih, kan dia yg
memutuskan ku?,” Kata orang itu
“Karena kamu hanya kehilangan orang yg
TAK mencintaimu, tapi dia kehilangan orang
yg SANGAT mencintainya” Jawab kakek
Jangan tertarik kepada seseorang karena
parasnya, sebab keelokan paras dapat
menyesatkan.
Jangan pula tertarik kepada kekayaannya,
sebab kekayaan dapat musnah.

Tertariklah kepada seseorang yg dapat
membuatmu tersenyum, sebab hanya
senyum yg dapat membuat hari-hari yg
gelap menjadi cerah.